BIOGRAFI
Nama saya adalah Hafil Hammadi, anak kedua dari 2 bersaudara. Saya lahir di jakarta, 17 Januari 1993. Akan sedikit bercerita tentang kehidupan saya terhadap lingkungan sekitar. Saya adalah anak “kolong” atau sering disebut anak tentara. Saya menjalani pendidikan TK di Kota Malang dan tinggal di komplek tentara yang bisa dibilang tempat yang sangat rapi, disiplin dan teratur. Pada saat TK saya seorang anak kecil yang sangat pendiam ketika bel istirahat, teman-teman bermain di lapangan sedangkan saya duduk diam didepan kelas sambil melihat mereka bermain, hingga pada saat setiap pembagian rapot selalu ada tulisan kurang bergaul, kurang bergerak pada saat senam dll. Setelah saya lulus, saya melanjutkan SD di kota yang sama.Pada kelas 3 SD saya pindah sekolah tetapi masih 1 kota dan kelas 4 SD saya pindah ke kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sinilah saya merasa lingkungan yang berbeda karena mereka mempunyai bahasa yang berbeda dan adat yang berbeda. Meskipun di kota yang berbeda tetapi saya tetap tinggal di komplek tentara jadi lingkungan di sekitar saya tetap orang-orang yang taat terhadap aturan, disiplin dan rapi. Kebiasaan saya terhadap lingkungan yang seperti itu tertular kepada saya secara tidak sadar. Berpakaian rapi, rambut tipis itu adalah sudah kebiasaan yg diterapkan di keluarga saya dan lingkungan sekitar. Setelah saya tinggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan selama kurang lebih 1 tahun, saya pindah lagi ke kota Malang , Jawa Timur. Kepindahan saya kali ini tidak diikuti oleh ayah saya yang seorang tentara sehingga saya tidak bertempat tinggal di komplek tentara lagi tapi saya tinggal diperumahan biasa. Di sinilah saya mempunyai lingkungan yang sangat berbeda dengan lingkungan awal. Di lingkungan baru ini saya bisa mengikuti organisasi yang ada di sekitar perumahan sehingga mendapatkan teman yang beragam dan ilmu yang banyak karena di organisasi ini tidak hanya orang-orang yang sebaya tetapi ada mahasiswa bahkan orang tua pun ada, tetapi terkadang di lingkungan yang baru ini saya kurang senang karena hidup warganya kurang teratur, disiplin dan rapi mungkin itu efek dari lingkungan sejak kecil yaitu lingkungan tentara yang disiplin, teratur dan rapi Memasuki SMP saya mempunyai lebih banyak teman yang lingkungan rumahnya pun beragam. Pada suatu ketika saya mempunyai teman yang beda sekolah, dia tinggal di lingkungan orang tua yang “broken home” sehingga mulai dari anak yang yang pertama hingga anak terakhir anak pemakai narkoba, saya sering di tawarkan yang namanya sabu, minuman berakhohol, jarum suntik tapi karena lingkungan saya adalah lingkungan tentara jadi saya tidak sedikit pun tertarik untuk mencoba. Meskipun teman saya banyak yang merokok, peminum, pecandu narkoba dll. Setelah sekitar 3 tahun menjalani pendidikan SMP di kota Malang , saya pindah mengikuti orang tua ke kota Madiun, Jawa Timur. Di Madiun saya tetap tinggal di komplek tentara, tetapi sayangnya ketika saya baru menjalani pendidikan selama kurang lebih 2 bulan, saya harus pindah lagi ke Jakarta karena lagi lagi orang tua saya pindah dinas ke Jakarta. Padahal saat itu saya belum mempunyai rapot atau nilai sedikitpun jadi untuk mengurus kepindahan sekolah agak sulit, akhirnya setelah semua urusan kepindahan selesai, saya mencari sekolah baru dan mendapatkan sekolah di komplek Halim Perdanakusuma tapi yang sangat saya sesali karena orang tua baru pindah di Jakarta jadi kami sekeluarga harus tinggal di rumah nenek yang letaknya di Pasar Minggu yang jauh dari komplek Halim Perdanakusuma. Suatu hari, ketika saya baru pertama kali masuk kelas baru, saya selalu takut karena tidak mempunyai teman dan hal paling memalukan di saat perkenalan sebagai siswa baru, saya ditertawakan satu kelas pada saat itu saya tidak tahu apa yang mereka tertawakan ternyata setelah saya bertanya-tanya kepada mereka, mereka mentertawakan logat “JAWA” yang terkenal “MEDOK”. Setelah beberapa minggu sekolah di sana saya sudah mempunyai beberapa teman yang sudah akrab. Setiap pagi saya harus bangun jam 4 pagi agar tidak terkena macet ibu kota Jakarta dan bisa sampai di sekolah sebelum bel masuk sekolah berbunyi. Sekitar 1 tahun tinggal bersama nenek saya, akhirnya kami sekeluarga pindah rumah ke Komplek Halimperdanakusuma, letak rumah ke sekolah sangat dekat cukup 5 menit sudah sampai ke sekolah, jadi saya yang dulu jam 4 pagi sudah harus siap-siap sekarang jam setengah 6 masih ada di tempat tidur. Di komplek rumah saya yang baru ini lingkungannya sangat cuek bahkan terkadang tetangga pun tidak kenal, apalagi ketika malam hari di komplek Halimperdanakusuma sangat gelap dan sepi sehingga kalau malam-malam pergi untuk pulangnya sudah takut. Di lingkungan baru yang ini saya sangat kagum contoh : masuk komplek halimnya saja harus mempunyai stiker khusus, setiap warga halim ketika berkendara harus memakai helm meskipun jarak yang di tepuh dekat, setiap bulan diadakan razia kendaraan yang memeriksa kelengkapan surat motor dan SIM. Di lingkungan seperti ini saya jadi terbiasa untuk teratur dan disiplin dimanapun. Setelah sekitar 3 tahun saya menjalani pendidikan SMA dan Lulus, saya mengikuti test universitas yang saya inginkan tapi sayangnya selalu tidak lulus dan akhirnya saya mengikuti test di universitas tercinta yaitu UG atau lebih di kenal univesitas Gunadarma, jurusan Teknik Informatika. Di saat hari pertama PPSPPT atau lebih kerennya Orientasi kami semua Mahasiswa Baru harus berpakaian rapi, rambut botak, baju berwarna putih lengan panjang dan celana kain. Kewajiban yang harus ditaati pada saat Orientasi ini menurut saya adalah hal yang sudah biasa yang saya lakukan dan saya lihat di lingkungan sekitar rumah. Jadi untuk melakukan hal tersebut sudah sepeti kebiasaan setiap hari dan bukan suatu keadaan memaksa diri saya. Lingkungan sekitar kita sangat berpengaruh terhadap diri kita sendiri, kalau lingkungan sekitar rumahnya banyak preman mungkin kebiasaan preman pun akan di tiru, jika lingkungan rumah mereka orang-orang yang soleh maka mereka akan terpengaruh rajin beribadah begitu dengan lingkungan yang lain.